Search This Blog

Thursday, May 04, 2006

ETIKA SOKRATES

ETIKA SOKRATES

Dalam etikanya, Sokrates berusaha mencari yang baik, kebajikan (arete) dan kebahagiaan (=eudaimonia) dengan menggunakan metode maieutisnya.

Yang baik menurutnya bukanlah kebaikan yang relatif, tapi yang mendasar (=agatho). Yang baik bukan pula yang berguna, bukan yang menyenangkan nafsu dan bukan pula kekuasaan. Tetapi orang-orang yang sungguh tahu (arete) bahwa ia adalah manusia. Orang yang demikian ini akan bertindak terhadap sesamanya sebagai manusia sejauh ia mampu. Dan untuk mencapai kebaikan ini dibutuhkan pengendalian diri sendri(eukratia). Dengan demikian kebaikan dan kebahagiaan sesungguhnya terletak pada kebajikan:”seseorang yang berpengetahuan yang mendalam adalah bijaksana, yang bijaksana adalah baik”. Berpengetahuan yang dimaksud di sini erat hubungannya dengan kebajikan.

Arete yaitu tahu dan mampu pada bidangnya masing-masing. Artinya tahu seluk-beluk bidang pekerjaannya, bisa mengerjakan dengan betulbetul mengerjakan. Jadi tidak hanya tahu secara konseptual saja tetapi juga secara praktis-teoritis dalam pelaksanaannya serta ada kemampuan untuk melakukannya. Dan kalau orang-orang sungguh-sungguh memeiliki arete, ia tak akan membuat suatu kekeliruan/ kejahatan. Dan pada akhirnya nanti manusia yang bijak karena arete akan mencapai kebahagiaan (eudaimonia).

Dengan demikian, pada etika Sokrates ada nilai konkrit akan kebaikan yang bisa dicapai oleh manusia. Dan kebaikan itu adalah suatu kebaikan yang bersifat umum-universal. Karena itu, etika bukanlah suatu yang relatif karena semuanya menuju pada agathon yang bersifat universal.

Kritik atas etika Sokrates.
Di dalam etikanya kita tidak bisa menemukan suatu prinsip/ pandangan umum untuk seluruh etika karena kurang sistematis. Yang kita ketahui hanyalah yang ditulis oleh Plato, sehingga yang tidak ditulis, kita tidak tahu. Maka karena sifatnya yang relais-konkrit-praktis, kita tidak bisa mereka-reka untuk masalah etis yang lain (yang tidak ditulis Plato). Karenanya, etika Sokrates juga tidak bersifat intelektualis (konseptualis-teoritis). Sedangkan etika Aristoteles-Thomas Aquinas telah membuat penalaran yang lengkap untuk bisa diterapkan pada semua kasus, tetapi kerap kurang praktis, konkrit dan situasional, sehingga kadang sulit diterapkan.

No comments: