Search This Blog

Wednesday, November 06, 2013

Palu Menghancurkan Kaca, Tetapi Palu Membentuk Baja

Palu Menghancurkan Kaca, Tetapi Palu Membentuk Baja

Apa makna dari pepatah kuno diatas?

Jika jiwa kita rapuh seperti kaca, maka ketika palu/masalah menghantam, kita akan mudah putus asa, frustasi, kecewa, marah, dan jadi remuk redam. Jika kita adalah kaca, maka kita juga rentan terhadap benturan. Kita mudah tersinggung, kecewa, marah, atau sakit hati saat kita berhubungan dengan orang lain. Sedikit benturan sudah lebih dari cukup untuk menghancurkan hubungan kita.

Jangan pernah jadi kaca, tapi jadilah baja. "Mental baja" adalah mental yang selalu positif, bahkan tetap bersyukur di saat masalah dan keadaan yang benar-benar sulit tengah menghimpitnya.

Mengapa demikian? Orang yang seperti ini selalu menganggap bahwa "masalah adalah proses kehidupan untuk membentuknya menjadi lebih baik". Sepotong besi baja akan menjadi sebuah alat yang lebih berguna setelah lebih dulu diproses dan dibentuk dengan palu. Setiap pukulan memang menyakitkan, namun mereka yang bermental baja selalu menyadari bahwa itu baik untuk dirinya.

Jika hari ini kita sedang ditindas oleh masalah hidup, jangan pernah merespons dengan sikap yang keliru!

Jika kita adalah "baja", kita akan selalu melihat palu yang menghantam kita sebagai sahabat yang akan membentuk kita. Sebaliknya jika kita "kaca" maka kita akan selalu melihat palu sebagai musuh yang akan menghancurkan kita

Sumber: facebook/pendidikan karakter
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, September 17, 2013

Hadiah sebagai Kuda Troya (Eko Wijayanto)

Keberadaan uang 100 dollar AS dalam buku pleidoi Djoko Susilo tempo hari bukan suatu masalah sederhana. Penemuan uang dalam pleidoi saat persidangan tersebut adalah kasus pertama dalam sejarah peradilan Indonesia.
Menurut Wakil Ketua Komisi Pemberantasan Korupsi Bambang Widjojanto, uang 100 dollar AS dalam lampiran naskah pleidoi yang diberikan kepada jaksa KPK telah mencemarkan wibawa pengadilan serta melecehkan jaksa KPK, para pencari keadilan, dan upaya pemberantasan korupsi (Kompas, 29 Agustus 2013).

Pada dasarnya jika bukan perkara sederhana, uang 100 dollar AS adalah sebuah tanda simbolik untuk tindakan selanjutnya. Dengan kata lain, uang tersebut adalah sebuah kuda troya (hadiah yang mahabesar) dalam suatu tatanan simbolik.

Pada dasarnya, tatanan simbolik adalah sebuah persetujuan: signifier (petanda) yang disetujui untuk signified (penanda) tertentu. Obyek yang disimbolkan pada dasarnya tidak terlalu berguna karena yang berarti hanyalah pemaknaan dari simbol yang tampak sebagai hasil persetujuan. Simbol itu hadiah gratis, tetapi sekali diterima, ia akan menjajah kita sama seperti kuda troya pada perang Troy.

Ketika kita memberikan suatu hadiah kepada orang lain, kita tidak hanya berinteraksi dengan orang lain. Interaksi ini mengandalkan jaringan kompleks. Jaringan yang kompleks tersebut harus memiliki aturan simbolik karena jika hanya diingat sepanjang waktu, interaksi pun akan terhenti. Alasannya sederhana: ada latar belakang dalam kehidupan bersama di dunia yang memungkinkan kita dan lawan bicara dalam percakapan untuk saling memahami.

Ekspresi gerak tubuh
Tingkat paling dasar dari pertukaran simbol adalah ekspresi gerak tubuh. Contohnya, jika kita pura-pura tak tahu-menahu tentang uang 100 dollar AS yang diberikan ke kita, secara simbolik, bisa jadi di kemudian hari akan mengalir ribuan, bahkan jutaan, dollar kepada kita.

Ini memperlihatkan sebenarnya komunikasi antarmanusia adalah suatu bentuk performatif, di mana setiap pilihan adalah meta-choice, dari pilihan-pilihan yang sudah ada, yang tertentu yang harus dipilih.

Hal yang menarik perhatian Lacan untuk meneliti bahasa simbolik sebagai simbolisasi sikap kolektif. Menurut Lacan, tindakan ini disebabkan twofold moment, yaitu manusia awalnya bertindak sendiri, tetapi hanya untuk kembali ke fondasi yang telah ditentukan tradisi ataupun kebiasaan yang ada di masyarakat.

Lacan terinspirasi dari pandangan George Lukacs mengenai ideologi. Menurut Lukacs, ideologi adalah kesadaran parsial. Menyadari sesuatu secara utuh berarti mengubah sesuatu. Dari ideologi Lukacs tersebut, Lacan menangkap adanya dua tahapan.

Tahapan pertama, seorang pekerja yang bekerja di level produksi menyadari dirinya termasuk ke dalam kelas buruh atau proletar. Tahapan pertama ini menunjukkan bahwa kesadaran buruh masih merupakan kesadaran parsial.

Tahapan kedua adalah ketika menyadari, ia diperlakukan secara tidak adil oleh kaum kapitalis karena menerima upah tidak sesuai dengan pekerjaannya serta kemudian para buruh melakukan protes dan mengajak buruh lain untuk melawan dengan cara mogok kerja. Tahapan kedua memperlihatkan subyek bertransformasi ketika melakukan tindakan deklarasi, bukan saat melakukan sekadar tindakan.

Tindakan deklaratif memengaruhi makna suatu hal secara signifikan, begitu pula dengan tindakan penyangkalan yang adalah negasi dari deklarasi. Bahkan penyangkalan justru merupakan tindakan deklarasi yang berlebihan. Contohnya, saat Collin Powell hendak mengajukan pidato mengenai ide menyerang Irak pada Februari 2003, delegasi Amerika meminta replika lukisan Guernica yang menggambarkan pengeboman oleh Jerman di Spanyol pada perang sipil diganti dengan hiasan lain. Delegasi AS takut gambar tersebut akan menyadarkan delegasi lain akan ide penyerangan yang mereka bawa.

Tindakan mengganti lukisan ini justru membuat orang mencari asosiasi antara pidato dan lukisan yang sengaja ditutupi, yaitu Guernica. Padahal, jika tak berusaha diganti, mungkin orang juga tidak akan sadar akan adanya asosiasi antara lukisan dan pidato tersebut. Justru tindakan ini makin menekankan akan adanya penyerangan ke Irak.

Tatanan simbolik bekerja dalam ketaksadaran kita, termasuk dalam proses komunikasi. Cara bekerjanya seperti kisah pekerja pabrik yang diduga mencuri. Tiap pulang, para petugas keamanan memeriksa gerobak yang dibawanya, tetapi tidak ditemukan apa-apa. Ternyata yang dicuri pekerja tersebut adalah gerobak.

Contoh ini mengingatkan kita untuk tidak memisahkan isi dari tindakan komunikasi simbolik (seperti tanda terima kasih tak sengaja 100 dollar AS) karena makna setiap tindakan komunikasi direfleksikan dari motif-motif besar di balik tindakan itu sendiri.

(Eko Wijayanto, Dosen Filsafat UI)

Sumber: http://print.kompas.com/KOMPAS_ART0000000000000000002165048
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Friday, June 28, 2013

7 Falsafat Hidup Batak

7 Falsafat Hidup Batak

Ada tujuh falsafah hidup yang menjadi pedoman dan pegangan hidup orang batak toba dalam acara adat,keagamaan, pesta dan kegiatan lainnya yaitu:

1. Mardebata : mempunyai kepercayaan kepada Tuhan. Dahulu disebut Ompu Mulajadi na Bolon
2.Marpinompar memiliki keturunan. Setiap marga Batak menghendaki adanya keturunan sebagai generasi penerus, terlebih kepada anak laki-laki. Anak laki-laki ini nantinya yang membawa marga sehingga silsilah tidak putus atau hilang
3. Martutur : mempunyai kekerabatan atau keluarga. Hal ini dikuatkan dengan Dalihan Natolu.
4. Maradat : mempunyai adat-istiadat yang erat aplikasinya dengan dalihan natolu
5. Marpangkirom : mempunyai cita-cita dan ambisi mencapai Hamoraon, hagabeon dan hasangapon
6.Marpatik : mempunyai aturan dan undang-undang yang mengikat semua masyarakat Batak untuk tidak bersikap semena-mena
7.Maruhum : mempunyai hukum undang-undang yang dbaku ditetapkah oleh raja huta(raja kampung) berdasarkan musyawarah yang harus dihormati dan dituruti oleh semua pihak.
Hal ini dikuatkan dengan umpasa dibawah ini
Tungko naso boi butbuton, gadu-gadu naso boi sosa
Uhum naso boi muba, patik naso boi mose

Ketujuh filsafah Batak diatas harus dikuatkan dengan umpama dibawah ini:

Dijolo raja sieahan, dipudi raja sipaimaon (Menghormati orang tua )
Sada silompa gadong dua silompa ubi,Sada pe namanghatahon Sudema dapotan Uli. (Hendaknya siapa yang berbicara di acara adat batak yang berbobot dan berguna buat semua pendengarnya)
Pitu batu martindi sada do sitaon nadokdok (Jangan terlalu beraharap kepada sesuatu yang tidak pasti)
Jujur do mula ni bada, bolus do mula ni dame (Bila kita mampu membantu teman. Bantulah dengan jalan yang baik)
Siboru buas siboru Bakkara, molo dung puas sae soada mara (Mengajak untuk berdamai_
Sungkunon poda natua-tua, sungkunon gogo naumposo (Petuah dari orang tua, tenaga dari orang yang lebih muda

(Facebook.com/hubertus humala nainggolan)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, June 06, 2013

Kata: Terimakasi, Maaf dan Tolong

Kisah ini terjadi di sebuah pesta perpisahan sederhana tentang pengunduran diri seorang direktur.

Diαdαkanlah sebuah sesi acara penyampaian pesan, kesan, dan kritikan dari anak buah kepada Sang Direktur yang akan segera memasuki masa pensiun.

Karena waktu terbatas, kesempatan pernyataan tersebut dipersilahkan dalam bentuk tulisan. Di antara pujian dan kesan yang diberikan, dipilih dan dibingkai untuk diabadikan kemudian dibacakan di acara tersebut, yakni sebuah tulisan dari seorang office boy yang telah bekerja cukup lama di perusahaan itu.

Dia menulis semuanya dengan huruf kapital sebagai berikut :

• Yang terhormat Pak Direktur. Terima kasih karena Bapak telah mengucapkan kata TOLONG, setiap kali Bapak memberi tugas yang sebenarnya adalah tanggung jawab saya.

• Terima kasih Pak Direktur karena Bapak telah mengucapkan MAAF, saat Bapak menegur, mengingatkan, dan berusaha memberitahu setiap kesalahan yang telah saya perbuat, karena Bapak ingin saya mengubahnya menjadi kebaikan.

• Terima kasih Pak Direktur karena Bapak selalu mengucapkan TERIMA KASIH kepada saya atas hal-hal kecil yang telah saya kerjakan untuk Bapak.

• Terima kasih Pak Direktur atas semua penghargaan kepada orang kecil seperti saya, sehingga saya bisa tetap bekerja dengan sebaik-baiknya, dengan kepala tegak, tanpa merasa direndahkan dan dikecilkan. Dan sampai kapan pun Bapak adalah Pak Direktur buat saya.

• Terima kasih sekali lagi. Semoga kebajikan melindungi jalan di mana pun Pak Direktur berada.

Setelah sejenak keheningan menyelimuti ruangan itu, serentak tepuk tangan menggema memenuhi ruangan.

Diam-diam Pak Direktur mengusap genangan airmata di sudut mata tuanya, terharu mendengar ungkapan hati seorang office boy yang selama ini dengan setia melayani kebutuhan seluruh isi kantor.

3 kata :

1. TERIMA KASIH

2. MAAF

3. TOLONG

adalah kalimat pendek yang sederhana tetapi mempunyai dampak yang sangat positif.

Dengan mampu menghargai orang lain, minimal kita telah menghargai diri kita sendiri ....

(BBM)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, June 04, 2013

“Bambu dan pakis beda, tapi keduanya membuat hutan menjadi indah”

Alkisah "Ada seorang pria yang putus asa & mau meninggalkan segalanya. Meninggalkan pekerjaan, hubungan & berhenti hidup.

Lalu ia pergi ke hutan untuk bicara yg terakhir kalinya dgn Tuhan, "Apakah Tuhan bisa memberi saya satu alasan yg baik untuk jangan berhenti hidup & menyerah ?"

Jawaban Tuhan sangat mengejutkan, "Coba lihat ke sekitarmu... Apakah kamu melihat pakis & bambu ?"

"Ya" jawab pria itu.

"Ketika menanam benih pakis & benih bambu, AKU merawat keduanya secara sangat baik. AKU memberi keduanya cahaya, memberikan air. Pakis tumbuh cepat di bumi, daunnya yg hijau segar menutupi permukaan tanah hutan. Sementara itu benih bambu tidak menghasilkan apapun, tapi AKU tidak menyerah.

Pada tahun kedua, pakis tumbuh makin subur dan banyak, tapi belum ada juga yg muncul dari benih bambu. Tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun ketiga, benih bambu belum juga memunculkan sesuatu, tapi Aku tidak menyerah.

Di tahun keempat, masih juga belum ada apapun dari benih bambu.
Aku tidak menyerah" kata TUHAN

Di tahun kelima, muncul sebuah tunas kecil. Dibanding dengan pohon pakis, tunas itu tampak kecil dan tidak bermakna.

Tapi 6 bulan kemudian, bambu itu menjulang sampai 100 kaki.

Untuk menumbuhkan akar itu perlu waktu 5 tahun.

Akar ini membuat bambu kuat & memberi apa yang diperlukan bambu untuk bertahan hidup.

AKU tak akan memberi cobaan yg tak sangup diatasi ciptaan-Ku" kata TUHAN kepada pria itu.

"Tahukah kamu, anak-Ku... Di saat menghadapi semua kesulitan & perjuangan berat ini, kamu sebenarnya menumbuhkan akar-akar?"

"AKU tidak meninggalkan bambu itu, AKU juga tak akan meninggalkanmu"

"Jangan membandingkan diri sendiri dengan orang lain," kata Tuhan.

"Bambu mempunyai tujuan yang beda dgn pakis, Tapi keduanya membuat hutan menjadi indah"

"Waktumu akan datang... Kamu akan menanjak & menjulang tinggi"

Bersabarlah dan banyaklah untuk belajar lagi, waktumu pasti akan tiba.

Slmt brJuang Șa͡​Ɨƚa͡​ßa͡​T 2 ku, Jadilah Pemenang

(Dari teman via BBM)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Thursday, May 30, 2013

Masyarakat Tak Terbiasa Berpikir Rasional (Kompas)

M Zaid Wahyudi

Menghentikan kendaraan di tikungan, berkendara sambil menggunakan telepon seluler atau melawan arah, berbelok arah secara tiba-tiba, menyeberang jalan sembarangan adalah pemandangan lalu lintas Jakarta dan kota-kota besar lain sehari-hari. Demi mengejar kenyamanan sesaat, banyak orang mengabaikan keselamatan diri dan orang lain.

Jalanan adalah cermin budaya masyarakat. Di luar persoalan sistem lalu lintas yang belum tertata dan buruknya infrastruktur, keruwetan di jalan menunjukkan banyak orang tidak memikirkan akibat dari tindakannya. Putusan atas berbagai hal diambil berdasarkan emosi, bukan pikiran rasional.

Diabaikannya rasionalitas juga ditunjukkan oleh banyaknya orang tertipu investasi yang menawarkan keuntungan berlebihan, terpilihnya anggota legislatif atau kepala daerah karena penampilan fisik, hingga perilaku sejumlah tokoh publik yang berbicara tanpa mengindahkan etika di depan masyarakat umum.

Ketidakmampuan berpikir logis itu membuat masyarakat tidak bisa berargumentasi dan mengungkapkan pemikiran secara terstruktur. Kondisi itu juga menyebabkan banyak masyarakat sulit diajak berdiskusi, selalu menganggap dirinya paling benar dan tidak bisa menghargai pemikiran orang lain.

"Ini sangat membahayakan Indonesia yang menjadi juara dunia heterogenitas," kata Ketua Panitia Bulan Budaya Bernalar yang juga dosen Program Studi Astronomi Institut Teknologi Bandung (ITB) Premana W Premadi di sela-sela acara Science, Technology, Engineering, Arts, and Mathematics di Museum Geologi Bandung, Sabtu (18/5).

Bulan Budaya Bernalar adalah gerakan yang dipelopori dosen-dosen ITB yang prihatin dengan kemampuan menalar masyarakat. Tidak dimilikinya keterampilan berpikir logis itu terjadi pada semua kelompok masyarakat, tidak mengenal pendidikan, kemampuan ekonomi, ataupun jabatan. Rendahnya kemampuan menalar juga terjadi pada mahasiswa sebagai kelompok masyarakat terdidik.

Kondisi itu diyakini akan membuat bangsa Indonesia sulit maju. Padahal, Indonesia menargetkan menjadi negara maju dengan pendapatan per kapita 14.250 dollar AS-15.500 dollar AS pada 2025. Inovasi dipastikan akan rendah. Gesekan sosial dan konflik antarkelompok pun akan makin sering terjadi.

Berpikir logis

Ketua Satuan Penjaminan Mutu ITB yang juga Guru Besar Aeronautika dan Astronautika ITB Ichsan Setya Putra mengatakan, kemampuan berpikir logis merupakan bekal hidup utama manusia agar mampu memberdayakan segala kemampuan yang dimiliki serta menyelesaikan masalah yang dihadapi untuk maju.

"Sejarah membuktikan bangsa yang maju adalah bangsa yang memiliki kemampuan berpikir logis," ujarnya.

Mengutip buku Howard Gardner, Five Minds for the Future (2007), Ichsan menjelaskan kemampuan berpikir yang dibutuhkan di masa datang dalam dunia yang mengglobal adalah kemampuan berpikir untuk menghargai orang lain, menjunjung tinggi etika, fokus dalam satu bidang, menyintesis informasi, dan berpikir kreatif.

Kemampuan untuk menghargai orang lain dan menjunjung etika penting dalam membangun hubungan dengan sesama. Kemampuan ini membuat seseorang sadar dan menghargai perbedaan setiap manusia. Tanpa kemampuan ini, orang akan sulit bekerja sama, berkomunikasi, dan membangun kepercayaan terhadap orang lain.

Ketiga kemampuan lain berkaitan dengan proses kognisi. Kemampuan untuk fokus dalam satu bidang dilandasi keterbatasan manusia yang tidak bisa menguasai semua hal. Penguasaan satu ilmu tertentu diperlukan sebagai jalan untuk membangun pola pikir karena otak tidak bisa memahami sesuatu secara intuitif atau berdasar kemauan hati.

Sintesis informasi

Berbekal pengetahuan yang dimiliki, seseorang akan mampu menyintesis informasi yang dihadapi. Di era tsunami digital, kemampuan ini penting untuk menyaring informasi yang melimpah dan menjadikannya sebagai pengetahuan yang berguna. Kemampuan ini juga diperlukan untuk mengintegrasikan berbagai ide menjadi satu kesatuan utuh dan mengomunikasikannya kepada orang lain.

Dengan pola pikir dan kemampuan menyintesis informasi, seseorang dapat mendayagunakan pikiran untuk berpikir kreatif. Kreativitas yang dibangun berdasar gagasan bisa dimanfaatkan untuk membangun inovasi, menciptakan peluang, hingga membuat perubahan.

Pendiri Eureka, Math, and Science Learning Center yang juga dosen Program Studi Fisika ITB Alexander A Iskandar mengatakan, guru memegang peranan kunci untuk memperbaiki kemampuan bernalar masyarakat. Di saat informasi datang dari berbagai sumber seperti sekarang, guru tak lagi bisa dijadikan sebagai pemegang kebenaran tunggal.

Karena itu, pendidikan berkelanjutan mutlak diperlukan guru. Bukan hanya soal pedagogi, melainkan yang lebih penting adalah penguasaan guru atas materi yang diajarkan. Ini akan mengubah peran guru dari sumber utama pengajaran menjadi pendamping siswa.

Kreativitas siswa dalam menyelesaikan masalah perlu dihargai, termasuk dalam menjawab persoalan sains dan matematika. Ini akan terus menumbuhkan keingintahuan siswa dan mendorong mereka untuk berani berpikir di luar pemikiran yang ada.

(Kompas cetak, 31 Mei 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Sunday, April 07, 2013

8 NASIHAT UNTUK PARA LELAKI

1. Kakek berkata, hargai isterimu sebagaimana engkau menghargai ibumu, sebab isterimu juga seorang ibu dari anak-anakmu.

2. Jika marah boleh tidak berbicara dengan isterimu, tapi jangan bertengkar dengannya (membentaknya, mengatainya, memukulnya).

3. Jantung rumah adalah seorang isteri. Jika hati isteri mu tidak bahagia, maka seisi rumah akan tampak seperti neraka (tidak ada canda tawa, manja, perhatian). Maka sayangi isterimu agar dia bahagia dan kau akan merasa seperti di surga.

4. Besar atau kecil gajimu, seorang isteri tetap ingin diperhatikan. Dengan begitu, maka isterimu akan selalu menyambutmu pulang dengan kasih sayang.

5. Dua orang yang tinggal 1 atap (menikah) tidak perlu gengsi, bertingkah, siapa menang siapa kalah. Karena keduanya bukan untuk bertanding melainkan teman hidup selamanya.

6. Di luar banyak wanita idaman melebihi isterimu. Namun mereka mencintaimu atas dasar apa yang kamu punya sekarang, bukan apa adanya dirimu. Saat kamu menemukan masa sulit, maka wanita tersebut akan meninggalkanmu dan punya pria idaman lain di belakangmu.

7. Banyak isteri yang baik. Tapi di luar sana banyak pria yang ingin mempunyai isteri yang baik dan mereka tidak mendapatkannya. Mereka akan menawarkan perlindungan terhadap isterimu. Maka jangan biarkan isterimu meninggalkan rumah karena kesedihan, sebab ia akan sulit sekali untuk kembali.

8. Ajarkan anak laki-lakimu bagaimana berlaku terhadap ibunya, sehingga kelak mereka tahu bagaimana memperlakukan isterinya.

(Milis APIKatolik)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Monday, March 11, 2013

Kelinci Cerdas

Seekor kelinci sedang duduk santai di tepi pantai.

Tiba² datang seekor rubah jantan yang hendak memangsanya. Lalu kelinci itu berkata: "Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci. Yang kalah akan jadi santapan yang menang, dan saya yakin saya akan menang."

Sang Rubah jantan merasa tertantang, "Dimanapun jadi, masa sih kelinci bisa menang melawan aku?"

Merekapun masuk ke dalam sarang kelinci. 10 menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha rubah dan melahapnya dengan nikmat.

Sang Kelinci kembali bersantai, sambil memakai kacamata hitam dan topi pantai.

Tiba² datang seekor serigala besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci berkata: "Kalau memang kamu berani, hayo kita berkelahi di dalam lubang kelinci. Yang kalah akan jadi santapan yang menang dan saya yakin saya akan menang."

Sang serigala merasa tertantang, "Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?"

Merekapun masuk ke dalam sarang tsb. 15 menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam Setangkai paha serigala dan melahapnya dengan nikmat.

Sang kelinci kembali bersantai, Sambil memasang payung pantai dan merebahkan diri diatas pasir.

Tiba² datang seekor beruang besar yang hendak memangsanya. Lalu kelinci berkata sama seperti yang ia katakan pada rubah jantan dan serigala besar.

Sang Beruang merasa tertantang, "Dimanapun jadi, Masa sih kelinci bisa menang melawan aku?"

Merekapun masuk ke dalam sarang tsb. 30 menit kemudian sang kelinci keluar sambil menggenggam setangkai paha Beruang dan melahapnya dengan nikmat.

Pohon kelapa me-lambai². Lembayung senja sudah tiba habis sudah waktu bersantai.

Sang Kelinci melongok ke dalam lubang kelinci, sambil melambai "Hai, keluar, sudah sore, besok kita teruskan!!"

Keluarlah seekor harimau besar dari lubang itu. Sambil menguap dia  berkata "Kerjasama kita sukses hari ini, kita makan kenyang dan saya tidak perlu berlari mengejar kencang."

(Winner selalu berpikir mengenai kerja sama, sementara Looser selalu berpikir bagaimana menjadi tokoh yang paling berjaya)
(NN)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Lebah dan Lalat

Mengapa LEBAH cepat menemukan Bunga...? Sedangkan
LALAT cepat menemukan Kotoran ?

Karena naluri Lebah hanya untuk menemukan Bunga,
Sedangkan naluri Lalat hanya untuk menemukan Kotoran.

LEBAH tidak tertarik pada kotoran. Sebaliknya, LALAT tidak tertarik pada harum dan keindahan bunga.
Alhasil, LEBAH kaya akan madu sedangkan LALAT kaya kuman penyakit.

Mengapa sebagian orang menjadi JAHAT dan sebagian orang menjadi BAIK.
Karena orang jahat tidak tertarik pada hal² yg baik, Sebaliknya bila ada hal² yg jahat, menyakitkan, gosip, bohong, permusuhan, mereka jadi begitu bersemangat untuk menyebarkannya tanpa pikir panjang.

Orang BAIK ialah orang yg tidak tertarik dan tak mau merespon akan hal² buruk, menyakiti, isu yg tak jelas, semua hal yg berbau kejahatan yg sekalipun nampaknya rohani.

Apa yg dipikirkan akan menghasilkan apa yg dilihat, & apa yg dilihat akan menghasilkan apa yg diperoleh.
Hidup ini sangat tergantung dengan Hati & Pikiran.

Jika Hati & Pikiran selalu Negatif maka apa saja yg dilihat akan selalu Negatif & hasilnya adalah penderitaan, sakit hati, kecewa, Iri hati, sirik.

Ingin bahagia....?
Mulailah dengan Hati & Pikiran yg selalu Positif maka apa saja yg dilihat akan selalu Positif & hasilnya adalah kebahagiaan. Jika kita spt lebah yg menghasilkan madu, maka orang2 disekeliling kita juga akan mencicipi manisnya. Tapi jika kita spt lalat, maka kuman yg kita tebarkan juga akan mencelakakan orang lain. Let's stay positif and be a blessing to others..

Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, January 01, 2013

Pesan Persaudaraan Dalihan Na Tolu

Oleh Muhammad Hilmi Faiq

Sepekan setelah dilantik menjadi Bupati Tapanuli Tengah, Sumatera Utara, Raja Bonaran Situmeang turun tangan mengurus persiapan makanan hingga cuci piring di acara pernikahan adik istrinya, Eva Simatupang, pada Agustus 2012. Inilah konsekuensi sebagai anak boru dalam konsep Dalihan Na Tolu.

Dengan konsep tersebut, ketika salah satu anggota keluarga dari pihak perempuan (istri) menikah, suami harus menjadi anak boru yang bertugas mengurusi secara rinci prosesi pernikahan, termasuk urusan dapur.

Tak heran meskipun ia seorang bupati, Bonaran ikut cawe-cawe. "Saya ikut membantu urusan dapur seperti cuci piring dan mempersiapkan makanan," ujarnya, akhir Desember lalu.

Untuk menggelar resepsi pernikahan, orang Batak Toba memang berpegang pada konsep Dalihan Na Tolu, yaitu konsep filosofis atau wawasan sosial-kultural masyarakat dan budaya Batak. Dalihan Na Tolu menjadi kerangka hubungan kekerabatan darah dan perkawinan yang mempertalikan kelompok.

Istilah Dalihan Na Tolu mempunyai arti tungku berkaki tiga. Ini menunjukkan tiga kedudukan fungsional sebagai konstruksi sosial yang terdiri atas tiga hal yang menjadi dasar bersama.

Ketiga tungku mewakili tiga pihak dalam pernikahan secara adat, yaitu hula-hula (keluarga pemberi istri), boru (keluarga penerima istri), dan dongan sabutuha (kelompok semarga).

Dari tiga kelompok itu, kelompok penerima istri (boru) inilah yang paling sibuk mengurusi urusan resepsi pernikahan. Adapun kelompok hula-hula sama sekali pantang membantu proses pernikahan tersebut.

Konsep Dalihan Na Tolu juga berlaku pada subetnis Batak lain, seperti Karo, Simalungun, Mandailing/Angkola, dan Pakpak. Orang Karo menyebut konsep ini dengan istilah Rakut Sitelu atau Daliken Sitelu. Istilah Daliken Sitelu juga istilah yang dipakai masyarakat Pakpak. Adapun subetnis Simalungun menyebutnya Tolu Sahundulan. Adapun orang Mandailing/Angkola tetap menyebutnya Dalihan Na Tolu.

Mengajarkan kesetaraan

Peneliti Pusat Studi Sejarah dan Ilmu-ilmu Sosial Universitas Negeri Medan, Eron Damanik, menjelaskan, konsep Dalihan Na Tolu mengajarkan kekerabatan yang harus dijaga. Penegasan identitas sebagai hula-hula, boru, atau dongan sabutuha menyadarkan warga Batak bahwa mereka memiliki keluarga besar yang terajut jalinan kawin-mawin.

Tak heran jika resepsi pernikahan seolah menjadi ajang reuni untuk saling menegaskan kekerabatan tersebut. Mereka bercerita tentang pengalaman hidup dan keberhasilan sembari menegaskan kembali bahwa mereka bersaudara.

Bonaran, misalnya, selama hidup di Jakarta sebagai pengacara, beberapa kali bertemu warga Batak bermarga Siahaan, keturunan Raja Hinalang Siahaan. "Mereka lantas menghormati, dan menganggap saya saudara dekat karena Raja Hinalang menikah dengan boru Situmeang. Jadi, saya dianggap hula-hula," ujarnya.

Sitor Situmorang dalam bukunya, Toba Na Sae, menggambarkan konsep Dalihan Na Tolu dapat memberikan dukungan politik karena kedekatan kekerabatan tersebut. Dia mencontohkan dinasti Sisingamangaraja XII yang turun-temurun mengambil istri dari marga Situmorang. Ketika Sisingamangaraja XII bergerilya pada tahun 1883-1907, dia mendapat dukungan dari keluarga Horja Situmorang. Dukungan ini karena jalinan perkawinan antara Sisingamangaraja dan keluarga Situmorang.

Dalihan Na Tolu juga mengajarkan demokrasi. Posisi seseorang dalam ikatan keluarga akan selalu berubah-ubah. Suatu saat, dia masuk kelompok boru, tetapi lain waktu jadi hula-hula, dan bisa jadi juga di lain hari dia masuk ke dongan sabutuha. Semua itu bergantung pada posisi dalam silsilah keluarga. Perputaran posisi ini mengandung nilai sesungguhnya orang Batak itu sederajat. Tidak ada yang lebih tinggi atau lebih rendah.

Dengan konsep ini, seorang jenderal pun suatu saat akan bekerja di dapur untuk menyiapkan makanan bagi tamunya saat keluarga istrinya menggelar hajatan pernikahan. Sebab, saat itu, sang jenderal sebagai anak boru.

Dinamis

Antropolog dari Universitas Negeri Medan, Bungaran Antonius Simanjuntak, mengatakan, internalisasi konsep Dalihan Na Tolu berjalan dinamis. Kawin-mawin antarsuku menjadikan konsep itu bukan hanya bagi orang Batak terhadap sesama orang Batak. Pria Batak yang menikahi gadis Jawa, keluarga mempelai pria-nya pun tetap melihat keluarga perempuan sebagai hula-hula.

Kini, suku Batak menyebar ke belahan nusantara hingga dunia. Mereka kawin-mawin dengan berbagai suku, ras, dan agama. Bahkan, tak sedikit, orang Batak bersuami atau beristri Jawa, China, ataupun Aceh.

Menurut Bungaran, konsep Dalihan Na Tolu mampu menyatukan umat manusia. Proses kawin-mawin antarsuku juga menjadikan semua suku saudara karena bisa menjadi hula-hula, boru, atau dongan sabutuha.

Konsep ini juga bermakna tiga ungkapan, yaitu Somba Marhula-hula (memberi hormat kepada keluarga istri), Elek marboru (mengayomi perempuan atau istri), dan Manat mardongan tubu (bersikap hati-hati atau sopan santun kepada saudara semarga).

"Bila orang Batak tidak mengindahkan tiga ungkapan itu, dia bisa dianggap melanggar adat dan hilang kehormatannya," kata Welly Manurung (30), warga Tapanuli Utara.

Dalam beberapa kasus konflik antarpribadi, konsep Dalihan Na Tolu secara efektif juga bisa untuk menyelesaikan persoalan. Kedua pihak dipertemukan, kemudian dirunut silsilah keluarga dan sejarah kawin-mawin-nya. Ujung-ujungnya, ternyata masih segaris keluarga sehingga mereka bisa berdamai.

Tradisi ini cukup kuat menjaga keutuhan kekerabatan. Akibatnya, tak boleh dilanggar. "Lebih baik dianggap tak beragama daripada tak beradat." Dengan nilai universalnya, Dalihan Na Tolu, secara mondial, bisa juga menyelesaikan pertikaian.
(Kompas cetak, 2 Jan 2013)
Powered by Telkomsel BlackBerry®