Search This Blog

Sunday, December 16, 2012

Kita Masih Tetap sangat Berharga

Dalam sebuah kelas training, seorang fasilitator memulai programnya
dengan selembar uang senilai Rp. 100.000 yang masih baru. Di dalam
ruangan tersebut, dia bertanya, "Siapa yang mau uang ini?"

Spontan para partisipan mengacungkan tangan mereka.

"Saya akan memberikan uang ini pada salah satu dari kalian, tapi apakah
kalian masih mau kalau uang ini sudah kusut?" katanya sambil
meremas-remas uang tersebut agar menjadi kusut.

Para partisipan masih tetap mengacungkan tangan mereka.

"Bagaimana kalau saya melakukan ini?" katanya sambil menjatuhkan uang
tersebut ke lantai dan menginjaknya berulang kali. Kemudian uang itu
yang sudah menjadi kusut dan kotor diambilnya kembali, "masih ada yang
mau?"

Para partisipan tetap saja mengacungkan tangan mereka.

"Kita semua baru saja mempelajari sesuatu yang sangat berharga,"
katanya, "tidak peduli apa yang saya lakukan terhadap uang tersebut,
teman-teman sekalian tetap saja menginginkan uang tersebut karena nilai
uang tersebut tidak berkurang, masih tetap 100 ribu rupiah."

"Sering kali dalam kehidupan ini kita jatuh, segala sesuatunya tidak
sesuai dengan keinginan kita, dan terpuruk dikarenakan keputusan yang
kita ambil dan juga hambatan menghadang di tengah perjalanan kita. Kita
merasa bahwa kita sudah tidak berharga lagi. Tetapi, apapun yang telah atau akan terjadi, kita tidak akan pernah kehilangan harga diri kita.
Kotor atau bersih, kacau atau teratur, kita masih tetap sangat
berharga... terutama bagi orang-orang yang mencintai kita."

Harga dari kehidupan yang kita jalani bukan datang dari apa yang kita
lakukan atau siapa yang kita kenal, tetapi dari SIAPA DIRI KITA. (N. Adhi W)
Powered by Telkomsel BlackBerry®

Tuesday, December 04, 2012

Indahnya memaafkan

Pada saat Abraham Lincoln masih jadi pengacara muda, ia sering berkonsultasi dgn pengacara lain tentang kasusnya.

Pernah salah seorang pengacara melihat Lincoln sekilas, saat dia duduk di ruang tunggu untuk menjumpai pengacara itu.

"Apa yang dia lakukan di sini? Singkirkan dia !! Aku tidak akan berurusan dengan seekor monyet kaku seperti itu!"

Lincoln berpura-pura tidak dengar, walaupun dia tahu kalau hinaan itu disengaja. Biarpun malu, dia tetap bersikap tenang.

Ketika pengadilan berlangsung, Lincoln diabaikan. Dia disisihkan tempat duduknya.

Pengacara yang begitu kejam menghina Lincoln itu, ternyata membela kliennya dengan sangat brillian.

Penalarannya sangat bagus. Penanganannya atas kasus membuat Lincoln terpesona.

Lincoln berkata, "dia memang hebat, argumennya tepat & sangat lengkap. Begitu tertata & benar-benar dipersiapkan. Aku akan pulang & lebih giat belajar hukum lagi."

Dan waktu-pun berlalu.

Abraham Lincoln menjadi presiden. Diantara penasehat utamanya, terdapat Edwin M.Stanton, pengacara yang pernah menghinanya & melukai hatinya begitu dalam.

Dan Lincoln mengangkatnya di posisi penting sebagai Sekretaris Perang, karena Lincoln tidak pernah melupakan bahwa pengacara yang kata-katanya brutal itu merupakan pengacara berotak cerdas yg amat dibutuhkan negaranya.

Saat Lincoln meninggal, Stanton berkata, "Dia merupakan mutiara milik peradaban."

Hanya seseorang yg berkarakter & punya semangat pengampunan seperti Lincoln, dapat bangkit & berhasil di atas penghinaan Stanton!

Mari Jaga suasana hati. Jangan biarkan sikap buruk orang lain menentukan buruknya cara kita bertindak!

Pilih untuk tetap berbuat baik, sekalipun menerima hal yang tidak baik!!

Jangan kita masukan "sampah" ke hati. Belajarlah memafkan, karena memaafkan itu kunci keberhasilan.

Jadikan "sampah" sebagai "pupuk" ataupun "bahan bakar" untuk maju, baik di lingkungan keluarga, kerja, atau dimanapun juga.
(NN)
Powered by Telkomsel BlackBerry®